Friday, February 1, 2008

PENYAMPAIAN KONSEP FISIKA YANG SERING KELIRU PADA PENDIDIKAN DASAR

Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta, fenomena alam dan mekanisme yang terjadi di dalamnya. Lebih sederhananya dapat dikatakan bahwa fisika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang kita alami, apa yang kita lakukan, kenapa hal itu terjadi dan mengapa demikian. Banyak peserta didik keliru dalam memahami ilmu fisika. Mereka sering beranggapan bahwa fisika hanya penuh dengan rumus-rumus, dalil-dalil yang membuat pusing. Bahkan guru-guru yang bukan berlatar belakang fisika juga sering menggambarkan fisika adalah pelajaran yang paling sulit dan membosankan.

Anggapan ini sebenarnya dapat dihilangkan apabila penyampaian konsep fisika di jenjang pendidikan dasar tidak keliru. Penyampaian konsep fisika sebaiknya diawali dari kehidupan peserta didik itu sendiri. Sejak dia bangun pagi, beraktifitas, sekolah, sampai kembali ia tidur malam semuanya berkaitan dengan fisika khususnya dan IPA umumnya. Pelajaran fisika sudah dimulai sejak di Sekolah Dasar yang disebut dengan pelajaran IPA (Ilmu pengetahuan Alam).

Penyampaian konsep fisika yang keliru menyebabkan kesulitan mengubah konsep itu menjadi kearah kebenaran di jenjang yang lebih tinggi. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Di samping itu karena fisika dijadikan hafalan sehingga pendidik bisa melakukan kekeliruan dalam menyampaikan konsep.

Fisika berhubungan dengan pengamatan, pemahaman dan peramalan fenomena alam, termasuk sifat-sifat sistem buatan manusia. Dalam pengajaran fisika saat ini tampak sekali dilewatinya proses penemuan rumus. Buku pelajaran fisika saat ini tak ubahnya ringkasan pelajaran yang tak merinci sebuah proses. Padahal, proses ini nantinya yang seharusnya menjadi butir penting agar siswa nantinya memiliki mekanisme pemecahan masalah atau solusi yang cerdas dalam berbagai bidang kehidupan,” kata Hadi Susanto, pakar ilmu fisika dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), (Kompas, 23 Agustus 2006).

Fisika berkaitan erat dengan biologi, kimia, geologi, meteorologi dan astronomi yang dipadukan bernama IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Sehingga dalam Kurikulum yang mengacu pada standar isi saat ini di Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah disatukan menjadi IPA terpadu. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).

Menurut penulis seringnya ada kekeliruan dalam penyampaian konsep fisika karena fisika dijadikan pelajaran hafalan. Guru menyampaikan materi hanya ceramah atau pengajaran langsung. Hal itu sangat tidak dapat memahami seluruh materi sehingga mengakibatkan kekeliruan tersebut. Misalnya: Konsep perbandingan skala termometer celcius, reamur dan fahrenheit C : R : F = 5 : 4 : 9. Ada guru di Sekolah Dasar mengajarkan C : R : F = 4 : 5 : 9 karena dia kemungkinan hanya menghafalkan teori tersebut tanpa mengetahui dari mana datangnya perbandingan tersebut. Tapi kalau di awali bahwa C : R : F = 100 : 80 : 180 yaitu Skala Termometer Celcius 0 – 100, skala termometer Reamur 0 – 80 dan Skala termometer Farenheit 32 – 212 maka peserta didik tidak akan keliru.

Bila kita lihat kehidupan sehari-hari banyak fakta tanpa kita sadari berkaitan erat dengan fisika. Penulis memberikan beberapa contoh.

1. Atraksi terbang burung di udara berkaitan dengan gaya hambat udara, gaya angkat, gaya dorong dan gaya berat.

2. Jebolnya tanggul lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur karena massa jenis dan tekanan lumpur panas yang mendesak dinding tidak diperhitungkan kepadatannya bahwa harus lebih kuat 2 kali lipat dari bendungan air untuk keperluan irigasi.

3. Piala Dunia sepak bola yang hampir 80 % penduduk dunia menikmatinya, dimana tanpa disadari tendangan penalti dan tendangan lainnya berkaitan dengan konsep gerak parabola dan gerak peluru.

4. Listrik di rumah semuanya konsep dasarnya pada fisika.

Berikut ini ada beberapa alternatif pemecahan masalah di atas.

1. Sarana dan Prasarana dalam pembelajaran fisika atau IPA diperlukan berbagai alat dan media pembelajaran.

2. Dengan memulai penyampaian materi melalui alat peraga akan meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran fisika, pendidik menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.

4. Pendidik memotivasi belajar peserta didik melalui hal-hal yang menarik berkaitan dengan fisika.

5. Pembelajaran fisika membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi fisika dari satu konteks ke konteks lainnya.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kekeliruan pemahaman konsep dapat mengubah konsep dalam pemikiran peserta didik. Pendidik perlu mengubah metode pembelajaran dari pengajaran langsung ke penerapan/aplikasi dunia nyata atau inkuiri ilmiah. Perlu direkomendasikan kepada guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar/Madrasah Tsanawiyah, agar prinsip pembelajaran IPA dilaksanakan meliputi empat unsur : Sikap, proses, produk, aplikasi. Di samping itu Kepala sekolah berinisiatif menyediakan alat peraga sederhana untuk setiap konsep pembelajaran fisika khusunya dan IPA umumnya.

REFERENSI

Sa’ud, Udin (2006), Penulisan Karya Ilmiah Populer, Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK, Depdiknas

Kusminarto (2005), Fisika dan Apresiasi Masyarakat Indonesia, FMIPA UGM, Koran Tempo, 24 Februari 2005.

Pusat Kurikulum (2006), Panduan pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, Balitbang, Depdiknas

Han (2006), Materi Ajar : Buku Fisika, Artikel fisika, www.fisik@net.com

*) Penulis adalah Widyaiswara LPMP Kalimantan Barat